Berita TV jelas beda dengan berita media cetak.
Berita di media cetak cenderung deskriptif karena pembaca perlu mendapat
gambaran gamblang hasil observasi jurnalis mengenai hal yang diliput.
Sementara di berita TV, situasi dan suasana di
lokasi liputan sudah digambarkan dengan detil oleh gambar. Maka naskah berita
TV tidak butuh pemaparan detil.
Misalnya dalam sebuah unjuk rasa buruh yang
melibatkan banyak elemen. Reporter tidak perlu menyebutkan satu per satu elemen
yang terlibat di dalam unjuk ras itu. Cukup menyebutkan beberapa nama, sisanya
biarkan gambar bicara.
Untuk menulis lead, pilihlah angle yang paling nendang. Yang bisa membuat koordinator
liputan ngiler, menderikkan jari, dan mengatakan, “Nah, ini!”
Secara teknis, lead dibangun dari dua atau tiga
kalimat saja. Masing-masing kalimat maksimal terdiri dari 17 kata. Ini berkaitan
dengan proses dubbing/ voice over. Dalam proses dubbing, satu kalimat diucapkan
dalam satu nafas. Kalau terengah-engah maka harus dipangkas supaya pas. Untuk itu,
reporter pelu membaca ulang naskah supaya tidak menyengsarakan dubber.
Kalimat pertama dalam lead sebaiknya ditulis dalam
kalimat aktif yaitu Siapa Melakukan Apa. Misalnya:
PULUHAN BURUH TERLIBAT ADU PUKUL DENGAN POLISI /
DALAM UNJUK RASA DI DEPAN KANTOR GUBENUR JAWA TIMUR / SIANG TADI //
Kalimat Siapa Melakukan Apa ini akan memudahkan penonton
memahami apa yanG akan diceritakan dalam berita kita. Kalimat kedua akan
menjelaskan dan melengkapi kalimat pertama. Misalnya:
SEORANG BURUH TEWAS DALAM INSIDEN INI / DAN BELASAN
BURUH DAN POLISI LUKA PARAH //
Teori ini saya bagikan dari hasil pengamatan
anchor dan usaha jatuh bangun menulis lead.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar